Sabtu, 25 Februari 2012

SUPERVISI PEMBORAN GEOTEKNIK OVERWATER


SPT OVER WATER
1.    DEVELOPMENT

·         Barge loading
·         Platform Offshore
·         Exploration
·         Dermaga Pelabuhan
·         Bangunan Air
·         Jembatan (Pier + Abutment)
·         Diatas tanah lunak(Stock pile, haul road & conveyors)

2.    LOKASI

a.       Sungai
·         Di sungai biasanya untuk jembatan(Pier head / kolom abutment)
·         Lebar sungai dari river bank to river bank = 120 m
Jumlah titik tes antara 3-5 titik

·       Lebar sungai dari river bank to river bank = 90 m
Jumlah titik tes antara 3 titik

·       Lebar sungai dari river bank to river bank  = 60 m
Jumlah titik tes yang ideal = 2 titik


b.       Sea ( Laut)

·       Biasanya dipakai untuk dolphin & conveyors
·       Jika jaraknya jauh dari pinggir laut bisa menggunakan Pontoon

c.        Rawa (daerah tergenang air/tanah gambut berair)



·            Daerah di Kalimantan seperti Sangata, Marangkayu, melak, tenggarong yang posisinya dekat dengan sungai & laut, banyak berhubungan dengan rawa/genangan air yg cukup dalam / gambut
·            Oleh karena itu diperlukan dasar platform yang stabil, karena dikuatirkan tanahnya akan amblas
·            Di marangkayu , daerah yang cukup parah yg pernah dilakukan investigasi adalah
0-70 m = NSPT <8 (range NSPT = 0-5)
·            Di Senyiur , 0-45 m NSPT = < 8

3.    PENENTUAN TITIK TEST

1.       Untuk Pile construction biasanya titik disesuaikan dengan posisi kolom dari layout perencanaan konstruksi
2.       Untuk jalan biasanya dibuat setiap 250 m, jika site visit dilakukan , kita dapat menempatkan tes tes sesuai dengan kondisi lokasi.
Contoh: CPTu di rawa, Borehole di onshore
3.       CPT dan Borehole musti berdampingan karena fungsinya saling melengkapi
4.       Untuk lokasi stock pile, disesuaikan dengan diameter lokasi
Biasanya di tengah, pinggir lokasi
5.       Untuk Dolphin construction(Port), disesuaikan dengan posisi kolom struktur
6.       Untuk conveyor line, disesuaikan dengan topographynya
Biasanya setiap 250 m

7.       Hal –hal lain yang bisa dijadikan pertimbangan adalah:
·         Kondisi Topography
·         Access menuju lokasi & tingkat kesulitannya
·         Geologi Informasi
(Untuk daerah yang depositnya cukup banyak , akan lebih banyak tes )
·         Homogenitas dan heterogen lapisan
·         Laporan penyelidikan terdahulu

4. SURVEY KE LOKASI

1.         Persiapan sebelum berangkat ke site:

a.         Contact client, kondisi cuaca, info rental perahu
b.        Koordinasi dengan project manager / Senior engineer yg melakukan site visit
c.         Persiapan alat-alat
d.        Alat-alat penting (GPS, kompas, meteran roll, life vest)

2.         Persiapan pada saat di lokasi :

a.         Tali tambang, jirigen 5-10 liter
b.        Kayu panjang / bamboo
Jika panjang lebih dari 4 m, maka disambung
c.         Pemberat / jangkar
d.        Cek kondisi perahu dan kapasitas maksimum

3.         Pelaksanaan Survey

a.         GPS & kompas diaktifkan
b.        Lokasi diperoleh, tenggelamkan jangkar dan jangkar diikat ke tali tambang & jirigen
c.         Kayu / bamboo ditancapkan ke tanah sedalam mungkin di bagian tengah bagan dan tali tambang diikat ke bamboo dan jirigen
Sebagai tanda acuan titik tengah

4.         Hal –hal penting lainnya:
a.         Tali tambang yg terikat ke jangkar diukur sesuai dengan panjang maksimum air pasang
b.        Jika panjang tali dibuat minimum, maka jika air pasang maksimum jangkar bisa terangkat

5.                 5. MEDIA DRILLING

1.    BAGAN / PLATFORM DI SUNGAI/LAUT

Hal-hal didalam pembuatan bagan adalah :
a.       Gambar Sketsa / Layout konstruksi Bagan  dan SOP dari subcontractor
Pembuat bagan
b.      Team Ahli Bagan
c.       Alat transportasi yang digunakan untuk pembuatan bagan dan pada saat drilling
d.      Kualitas Bahan
e.      Tinggi bagan diusahakan tidak banyak desimal
Contoh: 1.5  , 2.0 , 3.0 , etc

f.        HSE system (JSA dan SOP)
·         Life vest dan Ban besar
·         Jumlah tiang, score dan gelagar atas yang mencukupi
·         Perahu pendamping standby untuk emergency situation
·         Kualitas Bahan
·         Team ahli 1 orang dan sisanya orang local (cek record kemampuan expert)
·         Hati hati dengan kawat pada saat proses perkuatan struktur bagan
·         Jika dilaut hati hati dengan wild animal seperti ubur ubur
Dan binatang laut
·      Gunakan lampu badai untuk malam hari
·      Pembuatan pagar di pontoon


2.       PONTOON
Hal-hal yang penting dalam pembuatan pontoon yaitu:
a.       Bahan pembuatnya
·      Untuk Hydrocore biasanya mereka fabrikasi di Jakarta dan bahannya terbuat dari bahan baja dan drum

·      Untuk Kim drilling biasanya bahan diperoleh dari site , menggunakan kayu dan drum

b.      Sketsa gambar Pontoon construction

c.       HSE
·         Cek record subcon skill
·         Pagar pontoon
·         Ban besar
·         Life Vest
·         Cek proses pembuatan on site
·         Cek jumlah jangkar yg terpasang

3.       BAGAN DI RAWA
Hal-hal yang penting dalam pembuatan Bagan di rawa yaitu:
a.       HSE
·      Wild animal (buaya, ular, tawon)
·      Yang lainnya hampir sama dengan bagan di no 1

8.      METODA SUPERVISI

1.         BAGAN
Contoh 1:
Diketahui :
SPT di 3 m, tinggi bagan ke sea bed level 3 m, panjang SPT = 70 cm
Yang ditanya adalah: Berapa panjang stickup rod  dan panjang rod yang dibutuhkan untuk tes di kedalaman 3 m ?
3 m
3 m
3 m
0.7m
0 m
3 m
Sea bed level
Stick up ROD
 











Jadi rod yang  dibutuhkan untuk SPT=
(2 rod x 3 m) + 70 cm =6.7 m
Sisa Stickup adalah =
Rod yang dibutuhkan  - kedalaman bagan ke titik tes
Contoh 2:
Diketahui : SPT di 6 m, tinggi bagan ke sea bed 2.5 m , panjang SPT = 65 cm
Stick up ROD
Ditanya: Panjang rod yang dibutuhkan danSU?
3 m
6 m
Sea bed level
1.15 m m
2.5 m
0 m
 










Jadi rod yang  dibutuhkan untuk SPT=
(3 rod x 3 m) + 65 cm = 9.65 m
Sisa Stickup adalah =
Rod yang dibutuhkan  - kedalaman yg diincaR
Sisa Stickup= 9.65 m – 8.5 m = 1.15 m

2.     PONTON
Hal –hal yang  penting didalam  supervise:
1.     Jika pasang surut air laut tidak significant berubah, lakukan pengukuran tinggi air dari pontoon ke sea bed level 3 x sehari
Misalnya: pagi jam 8, siang jam 11 , sore jam 15
2.     Jika pasang surut air laut sangat significant berubah, lakukan pengukuran tinggi air sebelum drilling (triwing)
3.     Tinggi Pontoon = Tinggi draft pontoon ke air + tinggi dari air ke sea bed
4.     Jika pontoon naik, maka stickup turun
Tinggi Pontoon naik sebesar X = stickup - X
5.     Jika pontoon turun, maka stickup naik
Tinggi Pontoon turun sebesar X=stickup + X

Pagi 3m
Siang 2.7m
0 m
3 m
Stickup ROD
Draft  pontoon
 
Sore  3.5m


Sea bed level






Diketahui : Panjang SPT  = 70 cm , Tinggi pontoon = 6 m (pagi hari) , siang hari = 2.7 m, sore hari = 3.5 m
Ditanya: Panjang rod yang dibutuhkan dan Stickup rod pada :
Pagi hari di SPT 3 m, siang hari di SPT 9 m, sorehari di SPT 12 m?
1.    PAGI HARI di SPT 3  m
Panjang rod yang dibutuhkan adalah :
((2 Rod x 3 m) + SPT) = 6.7 m
Stickup yang dibutuhkan adalah :
Panjang rod yang dibutuhkan – Kedalaman Pontoon ke titik tes
6.7   m – 6 m = 0.7 m
2.    SIANG HARI di SPT 9 m
Panjang rod yang dibutuhkan adalah :
((4 Rod x 3 m) + SPT) = 12.7 m
Stickup yang dibutuhkan adalah :
Panjang rod yang dibutuhkan – Kedalaman Pontoon ke titik tes
12.7 m – 11.7 m = 1 m

3.    SORE HARI di SPT 12m
Panjang rod yang dibutuhkan adalah :
((5 Rod x 3 m) + SPT) = 15.7 m
Stickup yang dibutuhkan adalah :
Panjang rod yang dibutuhkan – Kedalaman Pontoon ke titik tes
15.7 m – 15.5 m = 0.2 m
PATTERN =
Jika air laut pasang , SU = S – interval tinggi pontoon
Jika air laut surut, SU = S + interval tinggi pontoon
SU= Stick up
S= Stick up konstan (jika SPT =70 CM, S =70 cm)
9. HAL –HAL PENTING LAINNYA

1.       Jika fluktuasi air pasang dan surut sering sekali, maka pengukuran tinggi pontoon ke sea bed level dilakukan pada saat sebelum drilling(triwing masuk)
2.       Jika fluktuasi air pasang dan surut tidak terlalu sering, maka pengukuran tinggi pontoon ke sea bed level dilakukan pada pagi, siang dan menjelang sore
3.       Ada 1 orang standby melakukan pengukuran tinggi pontoon ke seabed level
4.       Pengawas disarankan membantu juru bor untuk melakukan perhitungan pada saat drilling (triwing) dan pada saat SPT karena tinggi pontoon ke seabed tidak selalu genap angkanya
5.       Hasil UDS pada pekerjaan di atas pontoon tidak akurat, karena pada saat pengambilan data naik turun.
Yang paling bagus dengan CPTu

6.       Progress pemboran diatas Pontoon lebih lambat dari di onshore, karena dilakukan pengukuran pengukuran yang disesuaikan dengan tinggi pontoon ke seabed level

Tidak ada komentar:

Posting Komentar